Saturday, August 16, 2014

Cerita yang memang Sedikit

Sedikit Cerita tentang Menulis

“Selamat pagi Bu Atwin, ini Bab 1 saya setelah diperbaiki dan direview lagi. Makasih bu, hope this one is better J” (dikirim pada 5 Juni 2014).

Kutipan tersebut tak hanya merupakan sebuah kalimat yang senantiasa saya kirimkan kepada ibu Aquarini Priyatna selaku pembimbing utama dalam penulisan skripsi, namun juga sebuah kalimat yang menandai proses pembelajaran mengenai menulis dengan hati dan kaitannya dengan tanggung jawab. Saya ingat betul ketika kali pertama saya bimbingan dengan Bu Atwin di hari Senin, beliau berkata bahwa 45 menit yang kami gunakan ketika itu terbuang sia-sia disebabkan oleh cara menulis saya yang begitu sulit dimengerti dan penulisan dalam Bahasa Indonesia yang juga buruk. Saya terkejut.

Di hari Kamis, saya bimbingan lagi dengan Bu Atwin di kantor beliau. Giliran pertama adalah Kak Nita, lalu Kak Fania yang sukses mendapatkan pujian dari Bu Atwin atas tulisannya. Lalu majulah saya yang ketika itu yakin bahwa tulisan saya juga tak kalah baik dari tulisan mereka berdua. Namun yang kemudian terjadi di ruangan itu adalah tulisan saya yang justru merakit mesin penenun hujan untuk kedua mata saya. Bu Atwin masih menolak, beliau berkata bahwa tak ada perbaikan yang signifikan. Saya panik. Saya harus kembali ke kursi tunggu, lalu berusaha kembali lagi ke Bu Atwin, namun ketika menghadap beliau, tak tahu mengapa koneksi internet buruk, lalu saya pasrah dan kemudian pipi saya basah.

Lucu memang jika diingat saya sampai menangis. Ketika itu saya menyadari betapa gawatnya situasi saya yang apabila menulis tidak dapat langsung menyentuh inti, tidak benar menggunakan tanda baca, dan tidak tepat menggunakan berbagai macam kata. Terlebih lagi baru Bab 1. Saya menyadari kebodohan tersebut dengan tangisan, namun kemudian Bu Atwin mengatakan sesuatu yang pada akhirnya memberikan perubahan besar bagi pola pikir saya mengenai menulis. Saya ingat beliau berkata bahwa menulis bukanlah ajang pamer. Beliau juga berkata bahwa menulislah dengan jujur sehingga makna tulisan dapat sampai kepada siapapun yang membacanya. Saya harus menulis dengan hati.

Mulai saat itu, saya berusaha lebih keras. Usaha saya di Bab 1 belum selesai karena harus menempuh proses kurang lebih 5 kali bolak-balik ke Bu Atwin. Namun pada tanggal 14 Agustus kemarin akhirnya saya berhasil mendapatkan nilai A untuk skripsi saya dan janji yang pernah saya ucapkan untuk bisa sedikit meringankan beban Bu Atwin pun terpenuhi.

Ibu Aquarini Priyatna, saya benar mensyukuri segala dukungan dan nasihat ibu, terutama ketika peristiwa menangis itu. Peristiwa itulah yang membuat saya sadar bahwa saya masih begitu egois dalam menulis. Terimakasih untuk selalu menginspirasi. Much love for you bu J.

Namun tak berhenti disini, 
saya juga ingin menyampaikan pesan rahasia ke Pak Ari Jogaiswara bahwa saya bangga dengan tulisan saya. Saya bahagia bisa membuat tulisan mengenai George Eliot sebagaimana rekomendasi bapak ketika oral test Critical Theory berlangsung. Saya bahagia karena Pak Ari lah yang pertama kali membimbing menulis skripsi sekitar 6 bulan lalu. Saya bahagia karena bulan April lalu Pak Ari mengetik nama saya berada di urutan pertama untuk maju pada SUJS. Saya mengucapkan terimakasih banyak kepada bapak dengan harapan bahwa Pak Ari tidak akan bertanya “kenapa?”. Thank you sir for always being that amazing.

Lalu untuk Pak Taufiq Hanafi, terimakasih banyak untuk nasihat dan masukan dari bapak agar saya lebih berhati-hati lagi ketika membahas posisi perempuan dalam novel. Terimakasih banyak telah membuat saya memikirkan lagi arti kata representasi yang senantiasa saya gunakan dalam skripsi saya. Terimakasih telah menunggu saya dan Ira selama dua juta tahun lamanya untuk bimbingan ketika itu. Terimakasih untuk sidang kemarin. Saya bahagia bisa dibimbing Pak Taufiq karena membuat banyak mahasiswi iri khusunya angkatan 2011 (this one is not serious). Thank you Pak Taufiq.

Begitu juga untuk Pak Sandya Maulana dan Ibu Linda Rachman yang telah menguji dan turut memberikan nilai kepada skripsi saya. Saya ingat betul ketika sidang ada satu pertanyaan tentang perbedaan metode dan metodelogi penelitian dari Bu Linda yang kemudian Pak Sandya bantu arahkan kepada saya. Thank you.   

Dan terakhir, selamat untuk teman-teman yang juga berhasil menempuh Sidang Skripsi dan terimakasih juga dukungan dan bantuannya selama ini! 

 Monicha Nelis